Kamis, 09 April 2009

PEMILU 2009, PROSESI PEMILU PALING BURUK?

Prosesi pesta demokrasi Indonesia untuk pemilihan wakil rakyat anggota DPR dan DPRD tengah dilaksanakan. Rakyat sangat antusias sekali untuk dapat berpartisipasi dalam perhelatan akbar ini. Bahkan dibeberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS), kita dapat melihat antusiasme dari para pemilih mulai dari anak muda, dewasa, sampai kepada orang tua lanjut usia yang dengan sabar menunggu giliran menconteng. Bahkan sebagian besar dari para pemilih harus menunggu giliran mencontreng sekitar kurang lebih enam puluh menit.
Kegiatan akbar yang merupakan proyek kerjaan dari Komisi Pemilu Indonesia ini mulai memperlihatkan keretakan hitam, akibat dari banyaknya Calon Pemilih yang tidak mendapatkan kartu Pemilih. Di Jakarta timur, ratusan warga melakukan aksi tuntutan kepada KPU setempat akibat dari kelalaian KPU, sehingga mereka tidak mendapatkan hak suara mereka untuk mencontreng. Pemilu 2009 lagi-lagi mengalami kemerosotan apabila dibandingkan dengan pemilu tahun 2004, sejumlah masyarakat yang tengah mengalami perawatan di berbagai Rumah Sakit terpaksa masuk Golongan Putih alias golput karena pihak KPU tidak memberikan layanan pencontrengan keliling seperti yang dilakukan pada pemilu tahun 2004 silam.
Lebih mengenaskan lagi, menurut pemberitaan dimedia massa, perlengkapan kartu suara di tanah Papua malah baru datang pada pukul sebelas waktu setempat, bahkan ketika sebagian besar warga tengah pulang ketempatnya masing-masing. Memang sungguh memprihatinkan, menurut prediksi pakar politik Indonesia, Effendy Ghazali, jumlah calon pemilih yang tidak sempat mendapatkan hak suaranya mencapai 35% dari jumlah penduduk Indonesia.
Mudah-mudahan kegagalan pemilu 2009 kali ini dapat menjadi pembelajaran bagi KPU, sehingga prosesi Pemilu untuk pemilihan presiden mendatang dapat lebih maksimal sehingga kuantitas masyarakat yang tidak mendapatkan Hak suaranya dapat berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar