Senin, 06 April 2009

DESKRIPSI KEINGINAN RAKYAT

Masa kampanye selama tiga pekan akhirnya telah menginjak masa terakhirnya, pada hari minggu, tanggal 5 maret 2009, kemarin. Berbagai usaha untuk meraih simpati rakyat telah usai. Janji-jani telah banyak dikumandangkan, mulai dari kepedulian, sembako murah, kesejahteraan rakyat, pertanian, kesehatan, dan lain-lain.
Apabila kita melakukan flash back, kampanye 2009 kemarin, sebenarnya bangsa Indonesia dapat mempelajari banyak hal mulai dari konsistensi, keikhlasan, dan evaluasi. Ketiga aspek tersebut sebenarnya merupakan pondasi yang wajib dimiliki oleh para Partai Politik di Indonesia.
Okeh sahabat, mari kita bahas satu persatu, kita mulai dari aspek konsistensi. Konsistensi menurut bahasa berarti keteguhan. Kembali pada kampanye partai politik, sebenarnya hakikat dari Partai Politik adalah wadah organisasi masyarakat yang bertujuan untuk menampung seluruh aspirasi, ekspektasi, dan keluhan masyarakat sebagai bentuk partisipasi rakyat dalam aktivitas pemerintahan untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Puluhan partai politik yang tumbuh subur di Indonesia merupakan aktualisasi dari keberagaman ekspektasi masyarakat Indonesia. Kita dapat melihat dari berbagai slogan yang muncul dari mulai kepedulian terhadap kelompok-kelompok minoritas , kemiskinan, petani, patriotisme dan keberagaman ekspektasi lainnya. Itu berarti setiap partai memiliki visi dan misi masing –masing yang berpuncak pada ekspektasi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.
Apabila kita memperhatikan prosesi kampanye 2009 sepanjang tiga pekan kemarin, ada beberapa hal yang menimbulkan kerancuan diatas benak saya. Kerancuan ini berkaitan erat dengan konsistensi visi dan misi dari para partai politik. Menurut saya, prosesi kampanye kemarin tidak dinyana layaknya ‘lomba Adu slogan’ dan ‘lomba pemborosan uang’.
‘lomba adu slogan’, kita dapat melihat sendiri betapa tiap partai saling mengumbar janji dan bukti melalui kata-kata manis (kita sebut saja slogan). Deretan janji-janji dan bukti-bukti yang mereka utarakan, sebenarnya tidak perlu dipublikasikan kepada khalayak Indonesia. Karena rakyat sudah memiliki persepsi sendiri mengenai arah gerakan masing-masing partai selama ini. Toh, “action more believable than words”. Segala aktivitas yang pernah dilakukan oleh partai-partai selama lima tahun kebelakang sudah cukup menunjukan sosok “who are them’ (siapa jati diri mereka). Berbagai slogan yang diumbar oleh partai politik selama prosesi kampanye 2009 kemarin akan berjalan sia-sia karena hanya menjadi angin lalu dibenak masyarakat Indonesia.
saya cukup kecewa, dengan suasana kampanye 2009 kemarin, pemborosan uang besar-besaran, pendidikan politik yang salah kepada masyarakat melalui ‘kampanye goyang erotis’, ditambah lagi cara-cara kampanye ‘purba’ yang masih dipertahankan melalui konvoi, arak-arakan, dan bentuk lainnya yang tengah menimbulkan dampak kemacetan dan polusi baik udara maupun suara bagi masyarakat sekitar jalan raya. Hal tersebut dapat mendeskripsikan kurangnya kreatifitas dari partai politik di Indonesia.
Sebagian besar kegiatan-kegiatan kampanye parpol Indonesia kemarin menunjukan inkonsistensi dan keselarasan visi misi masing-masing parpol dengan hakikat dari slogan-slogan yang mereka suarakan. Contoh diantaranya, slogan-slogan berbunyi kesejahteraan untuk rakyat melarat, tapi malah dihiasi dengan pemborosan uang untuk para penyanyi ‘dangdut’, kalo seperti ini, yang makin sejahtera bukannya rakyat, tetapi para artis dangdut, benar tidak?
Menurut saya, setiap parpol tidak harus mendeskripsikan diri menjadi ‘diri’ lain yang tidak dikenal. Toh, pembentukan good image parpol tidak akan terbentuk dalam waktu tiga pekan. Rakyat hanya mengharapkan sosok partai yang dapat diibaratkan layaknya ‘oksigen’, rakyat tidak perlu tahu apapun yang dikerjakan oleh partai politik Indonesia, rakyat tidak membutuhkan ‘ocehan’ slogan dari para partai politik menjelang pemilu, rakyat hanya cukup merasakan kontibusi partai ketika mereka tengah memasuki gedung senayan, sebuah kontribusi yang dapat meringankan beban berat di pundak rakyat yang mulai berkarat, cukup dengan itu, rakyat akan memberikan apresiasi dan persepsi positif kepada parpol. Intinya, pelajaran bagi partai politik, ‘tidak usah camuk (cari muka), cukup berikanlah muka yang telah masing-masing parpol bentuk selama ini, itu saja, cukup sederhana. Partai politik harus belajar ‘keikhlasan’ dalam setiap langkah gerak mereka.
Yang terakhir evaluasi, rakyat tengah menunggu partai politik untuk belajar bersikap dewasa, belajar dari sang guru kehidupan atau kita sebut saja pengalaman. Hal-hal yang telah baik semakin ditingkatkan dan hal-hal yang buruk sesegera mungkin ditinggalkan. Itulah deskripsi keinginan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar