Kamis, 09 April 2009

HITAM PUTIH MENTALITAS WIRAUSAHA GENERASI MUDA INDONESIA

Saya ingin sharing kepada anda mengenai beberapa permasalahan yang seringkali dialami oleh para mahasiswa yang baru lulus perguruan tinggi. Kebetulan, polemik yang akan saya tuturkan turut serta mengganggu jalan pemikiran, belief dan pandangan saya selama ini mengenai dunia kerja. Untuk menggambarkan konflik yang saya maksud, saya akan mengawalinya dengan sebuah dialog ketika saya mengikuti traning motivasi beberapa hari yang lalu,
“ Boleh saya tahu, anda punya cita-cita?” kata trainer.
“Tentu saja saya punya, pak” jawab mahasiswa.
“Cita-cita anda apa?” tanya trainer.
“Saya ingin menjadi orang kaya, saya ingin punya banyak uang” kata mahasiswa.
“Mmm, well, cita-cita yang bagus” komentar sang trainer.
“Kalau boleh saya tahu, bagaimana anda mewujudkan cita-cita anda tersebut ?” lanjut trainer.
“mmm . . . pertama, saya harus sesegera mungkin lulus kuliah, setelah itu saya akan mencari pekerjaan, ketika saya sudah mendapatkan sebuah pekerjaan, maka gerbang impian saya untuk mencapai cita-cita tersebut akan terbuka lebar”. Tutur mahasiswa.
“ooo, begitu, ya ?” kata trainer.
Setelah percakapan tersebut, sang trainer melanjutkan dengan pemaparan deskripsi kondisi dunia kerja di Indonesia. Beliau memaparkan fakta-fakta polemikasi dunia kerja yang tengah terjadi di beberapa kota di Indonesia. Pemaparan fakta beliau awali dengan berita dari website Harian Sinar Indonesia Baru, 22 Desember 2008, ketika para pengusaha telah memberikan sinyal PHK besar-besaran pada tahun 2009. Menurut harian tersebut, potensi PHK disektor Tekstil mencapai 70.000 sampai 80.000 orang. Desperindag Jabar tanggal 8 januari 2009, menyatakan bahwa aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang tahun 2008 pada sektor Tekstil dan produk tekstil yang mencapai 24.000 orang. Aksi PHK pun semakin meluas ke daerah, ungkap Suara Merdeka CyberNews edisi 12 maret 2009. Bahkan di Jawa tengah, Aksi PHK turut menelan korban sebanyak 8.617 orang, data dari AntaraNews 3 Maret 2009.
Di Jakarta, menurut suara merdeka CyberNews, 12 Maret 2009, sekitar 30.000 orang menjadi korban PHK. Besarnya gelombang PHK di ibukota Negara kita itu lebih banyak terjadi pada tenaga kerja kontrak, tenaga kerja harian lepas, sedangkan tenaga kerja permanen masih relatif aman. Website cetak kompas, 8 april 2009 menyatakan bahwa PHK massal semakin tidak terbendung lagi, di Surabaya sekitar 300 pekerja terancam dirumahkan.
Menyedihkan memang, mendengar fakta-fakta tersebut, tetapi satu hal yang harus kita pertimbangkan,bahwa fakta tersebut memang nyata. Lucu memang, disaat puluhan ribu orang tengah mengalami bencana pemutusan hubungan kerja, tetapi dipihak lain, ribuan mahasiswa berbondong-bondong untuk segera menyelesaikan studinya, guna mencari pekerjaan. Apa yang salah? Sebenarnya tidak ada salahnya, adalah hal yang wajar apabila seseorang berkeinginan untuk mencari pekerjaan, akan tetapi yang harus kita garis bawahi adalah ada suatu virus yang secara tidak sadar menjangkit masyarakat kita, hal itu adalah rendahnya mentalitas wirausaha generasi muda Indonesia.
Sebagai pertimbangan, untuk menjadi Negara maju setidaknya paling sedikit harus ada 2 % dari penduduknya yang menjadi wirausahawan. Sedangkan di Indonesia hanya mencapai sekitar 0,18 %. Sungguh memperihatinkan, apalagi kalau kita bandingkan dengan Negara lain, Amerika contohnya yang memilki 5 %, bahkan Singapura mencapai angka 7 %. Dari fakta tersebut, dapat kita lihat dampak yang begitu besar akibat dari rendahnya mental wirausaha bangsa kita, yaitu tingginya angka pengangguran.
Nampaknya Generasi muda harus belajar untuk merubah mindset mengenai cara mendapatkan uang. Sebagian besar dari masyarakat kita cenderung bersifat monoton, takut untuk membuat inovasi dan berkreasi, sehingga terjebak oleh cara pandang konvensional. Kita cenderung terkalahkan oleh mental Block, yang menghambat perkembangan diri dan kesuksesan. Pepatah Cina mengatakan, “berikan anak kita kail, jangan lauknya”. Dan memang ternyata benar, kita harus belajar untuk memandang aspek ini dari sisi lain di luar kebiasaan kita. Untuk itu jangan takut untuk menjadi wirausahawan, mengutip arti sebuah keberhasilan dari Helmi Ardian, Keberhasilan adalah “memiliki cita-cita, menggali potensi diri dan bermanfaat bagi orang lain”.
Saya kira, bukan hal yang mustahil untuk mencapai angka 2 % kuantitas wirausahawan Indonesia. Semoga 17,28 % generasi muda yang melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi di Indonesia dapat menjadi pelopor dunia wirausaha Indonesia di masa mendatang. Saya kira para generasi muda yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi (sekitar 4,3 juta jiwa) dari sekitar 25,3 juta jiwa generasi muda berusia 19-24 tahun di Indonesia harus dapat menjadi agen change untuk Indonesia yang lebih baik. Hal ini karena mereka memiliki riwayat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan 20 juta jiwa generasi muda lainnya, akan tetapi impian ini harus didukung pula oleh kurikulum pendidikan kita.
Sekarang saatnya untuk generasi bangsa merubah alur kehidupan yang cenderung monoton. Sampai kapan kita mempertahanan budaya mencari kerja? Saya kira tidak ada salahnya bila kita mencoba suatu hal yang baru, yang lebih menantang, tetapi dapat menjadi batu loncatan generasi muda dalam menggapai masa depan. Mari kita belajar untuk menghargai diri kita, karena diri kita terlalu berharga untuk menjadi bawahan orang lain.

1 komentar: